Upacara Do'a Lilin

Halla Puspita Yuri // Selasa, 06 Januari 2009

6 Januari 2009

Hari ini aku berkunjung ke rumah salah seorang sahabatku yang bernama Nur. Aku ke rumahnya dengan menaiki sepeda karena rencananya aku akan mengajaknya bermain sepeda.

Sesampainya di rumah Nur, aku dipersilakan masuk. Aku mengajaknya, ‘‘ Nur, kita main sepeda yuk ! ’’. Ia menjawab, ‘‘ Oke, ayo ! ’’. Dan kami pun bermain sepeda. Setelah itu, kami beristirahat di rumahnya.

Ia mengusulkan, ‘‘ Hal, kita masak nasi goreng yuk ! Sudah lama kita tidak memasak bersama.’’ Aku mengganggukkan kepalaku.

Kami memulai membuat nasi goreng telur. Pertama, kami membuat telur pedas terlebih dahulu. Kedua, kami taruh telurnya di dalam wajan dan memasukkan nasi yang di beri kecap di atasnya. Ketiga, kami memasaknya dan selesai !

Rasa nasi gorengnya asin karena Nur memasukkan garam yang cukup banyak, pedas karena kami memasukkan satu buah cabai dan lada hitam yang banyak, enak karena di dalam telurnya ada keju.

Setelah selesai makan, kami bermain sebentar di lantai atas rumahnya.

Nur yang sangat menyukai seni yang bernama musik menyalakan lagu – lagu terbaru yang ada di handphone-nya. Aku tidak mendengarkan semua lagunya karena lagu yang kusukai sangat sedikit.

Setelah itu, kami masuk ke kamarnya Nur. Karena tidak tahu apa yang akan kami lakukan, Nur mengambil sebuah lilin dan dua kotak korek api. Ia menyalakan lilinnya. Lilin itu di taruhnya di atas sebuah kertas coretan lama yang sudah tak terpakai.

Ia mengambil sebuah pinset.

Nur menaruh korek apinya dalam genggaman pinset. Korek api di dekatkan ke api dan terbakar. Sesudah terbakar di jauhkan dari api. Saat apinya akan padam, nur mengucapkan permohonannya dan meniup korek api hingga padam.

Dan kami memberi nama acara ini, ‘‘ Upacara Do’a Lilin ’’.

Lalu aku yang melakukan upacara do’a. Kami menghabiskan sekotak korek api. Saat itu aku teringat sesuatu dan berkata, ‘‘ Kita seperti melakukan hal yang hampir sama dengan yang dilakukan oleh gadis penjual korek api ya ? ’’

Ia mencoba mengingat cerita Gadis Penjual Korek Api. Ia ingat. ‘‘ Iya, kau benar ! ’’. Kami menghabiskan sekotak korek api lagi.

Lalu ibunya Nur yang bernama Endang memasuki kamar Nur. ‘‘ Nur, mau pergi ke Ichiban Sushi sekarang tidak ? ’’ tanyanya. Nur menjawab, ‘‘ Mau ! Halla boleh ikut tidak ? ’’

Bu Endang menjawab, ‘‘ Iya ’’. Kami pun berangkat ke Margo City. Disanalah ada restoran makanan jepang yang bernama Ichiban Sushi. Yang akan makan nanti Nur, Aku, Bu Endang, dan om-nya Nur yang bernama Om Gun.

Nur memesan Unagi roll dan Tobiko Sushi. Sementara aku memesan Kani roll dan Namikaze roll. Kami berdua juga memesan sebuah makanan yang sama, Kitsune udon. Semuanya memiliki rasanya yang sama, yaitu enak.

Selesai makan, kami pergi ke Indomart. Kami membeli makanan ringan dan barang – barang lainnya. Lalu kami pulang ke rumahnya Nur. Di rumahnya, ia menyiapkan lilin, satu kotak korek api, dan sebuah pinset untuk memulai Upacara Do’a lagi.

Aku berpamitan pulang. Dan ia mengantarku ke rumahku. Lalu aku pun pergi ke tempat dimana ada komputerku. Aku menyalakan komputer dan menuliskan cerita perjalananku tadi.

0 comments