Lampion & Cemara

Halla Puspita Yuri // Jumat, 05 Desember 2008

Hari Rabu tanggal 3 Desember 2007.

Hari ini di kelas 6F akan diadakan pelajaran Kerajinan Tangan dan Kesenian yang disingkat Kertakes. Pelajarannya adalah membuat Seni Melipat Kertas.

Semua murid diberikan bahannya yang berupa kertas – kertas kecil yang serupa dan tipis. Semua kertas itu di gabungkan menjadi 4 potongan kertas kecil yang tebal.

Pilihan untuk membuat sesuatu dari kertas itu ada 5, yaitu : Lampion, Cemara, Monas, Tamiya, dan Robot.

Untuk membuat : Lampion dibutuhkan 3 potongan, Cemara dibutuhkan 4 potongan, Tamiya dan Robot dibutukan 7 potongan, Monas dibutuhkan 8 potongan.

Karena kami hanya memiliki 4 potongan, kami hanya bisa memilih antara Lampion atau Cemara. Aku memilih membuat Cemara. Karena aku ingin bahannya langsung habis sekali pakai dari pada bersisa tapi tak digunakan.

Saat Bu guru menjelaskan cara membuatnya, aku kurang mengerti caranya karena saat itu aku sedang memerhatikan bahan – bahan yang belum pernah kupakai sebelumnya itu.

Pesan Bu guru yang kudengar hanya, ‘‘ Nanti bila sudah selesai kumpulkan disini ! ’’. Bu guru berkata demikian seraya menunjuk ke arah sebuah meja yang berada di depan kelas.

Saat akan memulai membuat tahapan pertama, temanku yang bernama Story mengajariku. Sepertinya ia membuat Lampion.

‘‘ Eh, lihat ! Buatan Pearly sangat rapi loh ! ’’ komentar Vill yang sedang berdiri di dekatku. Mendengar itu, aku mencari sosok Pearly dan melihat hasil karyanya. ‘‘ Memang rapi … sangat rapi ’’ batinku.

Di tahapan kedua, ketiga, dan keempat, aku diajari oleh 2 orang temanku yang bernama Tyre dan Friss. Mereka berdua juga membuat Cemara sepertiku. Sekarang tinggal membuat tahapan terakhir dan voila … selesai !

Di tahapan terakhir ini, aku memanggil Pearly meminta bantuannya. Ia datang menghampiriku.

‘‘ Ada apa, Kararu ? ’’ tanyanya.

‘‘ Pearly, kamu sudah selesai membuat Lampion-mu’kan ? Bisakah kamu membantuku untuk membuat tahapan terakhir ini ? ’’ pintaku. Pearly berkata, ‘‘ Tadi aku dibantu oleh Bu guru. Jadinya aku tidak tahu caranya. Tapi akan kucoba membantumu. ’’ jawab Pearly.

Ia pun membantuku. ‘‘ Sekarang tulislah namamu pada secarik kertas dan masukkan ke dalam tali ini ’’ perintah Pearly. Aku menurut.

Kutulis namaku dan aku tidak bisa memasukkan kertasnya ke dalam tali karena kukuku yang pendek. Pearly berusaha membantu. Tetapi ia juga tidak berhasil memasukkan kertasnya.

Tiba – tiba Fod datang dan berkata, ‘‘ Sini, biar aku yang memasukkanya. ’’ ucapnya seraya mengambil kertas dan tali itu. Ia berhasil. Setelah itu Fod langsung membantu teman yang lainnya.

‘‘ Sekarang tinggal kamu ikat mati dan selesai. ’’ beritahu Pearly. Aku memikirkan kata mati yang diucapkan Pearly. Aku memdapat ide yang lucu dengan kata itu.

‘‘ Apa ini sudah mati ? ’’ tanyaku pada pearly seraya memperlihatkan hasil ikatanku. ‘‘ Sudah ’’ jawab Pearly. ‘‘ Kalau begitu inna lillahi wa inna lillahi wa rajiun. ’’ ucapku.

Pearly tersenyum menahan tawa mendengarnya. Di dalam hati aku tertawa terbahak – bahak. ‘‘ Kertas seperti itu memang sudah mati dari dulu, tidak perlu kamu mengucapkan inna lillahi itu, Kararu ! ’’ ucap Pearly.

‘‘ Tapi tadi kau yang menyuruhku untuk mengikat mati Cemara ini, berarti ia baru saja mati, Pearly ! ’’ balasku. Pearly dan aku tertawa. ‘‘ Mari kita sholatkan jasad Cemara ini dengan membaca Basmallah. ’’ ucapku.

Aku mengucapkan basmallah dan Pearly tetap tertawa. ‘‘ Sudah, cepat bawa Cemara-mu ke TPU ’’ ucap Pearly. Aku tertawa. Karena aku tahu arti dari TPU, Tempat Pemakaman Umum. Pearly mulai mengikuti arah leluconku.

Aku berjalan dengan santai ke depan kelas dan menaruh Cemara-ku di Tempat Pemakaman Umum itu.

Setelah itu, aku datang menghampiri Pearly dan berkata, ‘‘ Sekarang dia sudah ada di alam barzah, di alam kubur. Mari kita doa’kan dia agar hidup tenang dengan membaca Al – Fatihah. ’’ ucapku seraya tertawa.

Pearly juga tertawa lagi. Kami tidak membaca surat Al – Fatihah karena sibuk tertawa.


‘‘ Eh, 40 hari lagi kita harus membawa Juz Amma dan kita doa’kan Cemara-ku, Cemara milik teman – teman yang lainnya, dan Lampion milik teman – teman yang lainnya. ’’ ucapku.

Pearly menganggukkan kepalanya tanda ia berkata setuju. ‘‘ Berarti, bila di hitung, 40 hari lagi itu tanggal 12 Januari 2009’ kan ? ’’ tanya Pearly. ‘‘ Yap, betul ! ’’ Aku mengiyakan.

Hari Kamis tanggal 4 Desember 2008.

Hari ini wali kelas 6F, Bu Rho, mengantungkan semua Lampion dan Cemara itu dijendela kelas. ‘‘ Kelas jadi kelihatan sangat bagus ! ’’ batinku.

Pada saat istirahat, aku menghampiri tempat duduk Pearly dan berkata, ‘‘ Pearly, para Lampion dan Cemara itu sudah pergi ke akhirat, ke dunia roh ! ’’ ucapku. Pearly hanya tersenyum. Mungkin ia kecapekan tertawa terus kemarin.

Lalu, kisah hari itu kubuat menjadi cerita untuk tugas komputer, yang berarti harus diketik. Tentu saja.

Hasilnya, aku dapat membuat tugasku dan sekaligus memiliki catatan kegiatan di sekolah.

0 comments